Minggu, 20 Agustus 2023

Pengamat Menilai Pelatih Asing di BRI Liga 1 Perlu Mengerti Kultur Sepak Bola Indonesia


Persiapan yang tak maksimal dialami Timnas Indonesia U-23 sebelum berlaga di Piala AFF U-23 2023. Garuda Muda hanya berlatih seminggu sebelum berlaga pada ajang itu.


Sang pelatih, Shin Tae-yong pun tak bisa memanggil semua pemain terbaik untuk mengikuti turnamen usia muda itu. Ada beberapa klub BRI Liga 1 yang enggan melepas para pemain andalannya.


Sebut saja Persija Jakarta yang enggan melepas Rizky Ridho dan Witan Sulaeman. Sementara PSM Makassar juga enggan melepas Dzaky Asraf.


Hasilnya, permainan Timnas Indonesia U-23 tak maksimal. Ramadhan Sananta dan kolega kalah 1-2 dari Malaysia pada laga perdana Grup B, Jumat (18/8/2023) lalu.


Polemik penolakan klub melepas para pemain ke Timnas Indonesia U-23 ini layaknya masalah yang selalu berulang.


Sudah sering Tim Merah-Putih di berbagai kelompok umur mengalami masalah dalam pemanggilan pemain.


Kultur Sepak Bola Indonesia

Pengamat sepak bola nasional, Mohamad Kusnaeni memiliki pendapat menarik mengenai polemik yang terus berulang tersebut.


Bung Kus-sapaan akran Kusnaeni merasa, para pelatih di BRI Liga 1 yang berlatar belakang Eropa mungkin masih belum paham dengan kultur sepak bola Indonesia.


Di Indonesia, turnamen di level AFF masih dianggap penting. Sebab, sepak bola Tanah Air memang sejauh ini baru bisa bersaing pada level tersebut.


"Pelatih Liga 1 banyak datang dari latar belakang Eropa. Di Eropa itu memang kalender Timnas sangat jelas. Kalender Timnas ya kalender FIFA itu," ujar Kusnaeni belum lama ini.


"Bagi Indonesia kan masalahnya berbeda. Kultur sepak bola Indonesia itu kan kultur sepak bola Asia Tenggara." 


"Di mana kalender Timnas itu selain agenda FIFA, ada agenda AFC, AFF, bahkan ada agenda SEA Games dan Asian Games yang tidak ada di kalender FIFA gitu lho,"  sambung Kusnaeni.


Komunikasi yang Lebih Baik

Kusnaeni kemudian merasa PSSI ke depan harus bisa melakukan komunikasi dengan lebih baik kepada para pelatih yang dianggap masih belum mengerti kultur sepak bola Indonesia tersebut.


"Nah yang seperti itu harus dikomunikasikan dengan baik kepada pelaih dari Eropa ini, tidak semua paham iklim sepak bola di Asia. Hal seperti ini kuncinya komunikasi. Bahwa buat Indonesia AFF itu penting, pencapaian di AFF itu penting karena kita belum bisa bersaing di Asia atau dunia," jelasnya.


Lebih lanjut, Mohamad Kusnaeni merasa tim pelatih Timnas Indonesia U-23 juga dihadapkan pada situasi yang serba salah.


Jika membawa pemain seadanya, bisa jadi Garuda Muda babak belur di Piala AFF U-23 2023. Hal itu bisa memancing rundungan dari masyatakat.


"Siapa sih yang mau Timnas babak belur di AFF, saya rasa tidak ada yang mau, makanya harus diambil jalan tengahnya," tandas Kusnaeni.